Palapanews.Asia, Jakarta – Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta, Rabu (10/9), menjadi saksi meriahnya konferensi pers sekaligus pemutaran film Perempuan Pembawa Sial. Film horor terbaru garapan sutradara Fajar Nugros ini diproduksi oleh IDN Pictures dan siap tayang di bioskop mulai 18 September 2025.
Produser IdN Pictures Winston Utomo mengungkapkan film ini dibangun dengan tiga fokus utama.
“Pertama adalah watching experience, bagaimana pengalaman menonton. Kedua, alur cerita yang membuat mereka terikat dari awal sampai akhir. Dan ketiga, selalu ada unsur budaya Indonesia. Dalam film ini salah satunya mitos Bahu Laweyan,” jelasnya.
Sutradara Fajar Nugros menuturkan, kisah dalam Perempuan Pembawa Sial lahir dari ketakutannya di masa kecil.
“Ketika kecil, sering ada momen sendirian di rumah, tiba-tiba pagar terbuka atau ada langkah kaki. Rasa takut seperti itu yang saya rangkai kembali dalam film ini. Harapannya bisa jadi penyegaran bagi penonton horor yang sudah disuguhi banyak film sejenis,” ujarnya.
Penulis cerita Husein Atmojo menambahkan, naskah film ini berangkat dari pertanyaan sederhana: bagaimana kesialan itu tercipta.
“Banyak orang sudah merasa sial sejak lahir, dari keluarga mana ia berasal. Dari titik itulah karakter-karakter berjuang melawan kutukan. Pada dasarnya, kesialan di sini kami anggap sebagai kutukan,” tuturnya.
Para pemain pun berbagi pengalaman mendalami peran
Ben Bening yang memerankan Aryo mengaku ditantang memerankan dua sisi berbeda.
“Aryo hidup bisa saya ciptakan dengan tiga dimensi karakter. Tapi Aryo mati adalah representasi pikiran bawah sadar Mira. Pesan pentingnya: cintailah seseorang dengan sungguh-sungguh, tapi jangan orang yang salah,” katanya.
Rukman Rosadi, pemeran Suyoto, menyebut karakternya mewakili banyak orang di sekitar kita.
“Suyoto membawa penumpang gelap. Saya benci sekali dengan orang seperti dia, tapi justru kebencian itu membuat saya bisa detail mendalami peran,” ujarnya.
Aurra Kharisma yang tampil sebagai sosok Lasmi menyebut pentingnya koreografi dalam membangun teror.
“Lasmi membunuh bukan karena dendam, tapi bersenang-senang. Gerakannya harus tetap cantik namun creepy. Workshop sekitar dua minggu saya jalani lebih natural,” ujar Aurra.
Clara Bernadeth memerankan Puti, karakter dengan masa lalu kelam yang menjadi awal tragedi.
“Puti sebenarnya baik, tapi justru ditimpa keburukan. Menurut saya, keburukan bisa menimpa siapa saja, bahkan orang yang baik sekalipun,” kata Clara.
Morgan Oey yang dipercaya memerankan Bana turut melakukan riset unik.
“Karena Bana punya rumah makan, saya sampai ikut workshop masak rendang dari awal supaya lebih natural,” ujar Morgan.
Raihaanun, pemeran Mira, menilai karakternya seperti bawang yang dikupas lapis demi lapis.
“Mira selalu merasa sial dan mencari tahu penyebabnya, sampai akhirnya menjadi detektif bagi dirinya sendiri,” ujarnya.
Tak ketinggalan Didik Nini Thowok memerankan Warso sebagai dukun pengantin, melakukan riset mendalam pada tradisi Jawa. Ia bahkan mempelajari lontar berbahasa Sansekerta agar perannya lebih otentik.
“Saya ingin menjaga tradisi, bukan sekadar merias pengantin,” ujarnya.
Perempuan Pembawa Sial dijadwalkan tayang di bioskop mulai 18 September 2025. Dengan nuansa horor, mitos Nusantara, dan konflik perempuan yang sarat makna, film ini diharapkan menjadi suguhan segar bagi penikmat film horor tanah air.












