BAPINDRA Siapkan Pemandu Wisata Olahraga Profesional, Dorong Sport Tourism dan UMKM Nasional

oleh -7 Dilihat
Barisan Penegak Indonesia Raya (Bapindra) bekerjasama dengan Kemenpora RI mengadakan Pelatihan Pemandu Wisata Olahraga di Hotel Shankee, Jakarta (26-27/12).
banner 468x60

Palapanews.Asia, Jakarta – Barisan Penegak Indonesia Raya (BAPINDRA) kembali menegaskan komitmennya dalam pengembangan sport tourism nasional melalui Pelatihan Pemandu Wisata Olahraga yang digelar selama dua hari, 26–27 Desember 2025, di Hotel Shankee, Jakarta. Kegiatan ini menjadi upaya strategis BAPINDRA dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul sekaligus memperkuat peran UMKM dalam ekosistem wisata olahraga.

Ketua Umum BAPINDRA, Erlan Suherlan, S.H., dalam sambutannya menyampaikan bahwa wisata olahraga memiliki potensi besar sebagai penggerak industri olahraga dan ekonomi kreatif. Namun, potensi tersebut hanya dapat dimaksimalkan jika didukung oleh pemandu wisata olahraga yang profesional, adaptif, dan memahami kebutuhan lapangan.

banner 336x280

“Pemandu wisata olahraga bukan sekadar pendamping kegiatan, tetapi bagian penting dari kualitas event dan destinasi. Mereka berperan langsung dalam membangun pengalaman peserta,” ujar Erlan.

Pelatihan ini diikuti oleh peserta dari beragam latar belakang, mulai dari pelaku event organizer (EO), UMKM, jurnalis, hingga praktisi dan pemerhati olahraga. Selama dua hari, peserta dibekali materi komprehensif, mulai dari kebijakan nasional pengembangan wisata olahraga, standar kompetensi pemandu, manajemen risiko dan pertolongan pertama, hingga teknik pemanduan yang aplikatif.

BAPINDRA juga menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI), khususnya Deputi Bidang Pengembangan Industri Olahraga, atas dukungan penuh terhadap terselenggaranya kegiatan ini. Kehadiran para narasumber dan partisipasi aktif peserta turut menjadi faktor keberhasilan pelatihan.

Mewakili Kemenpora RI, Margono menegaskan pentingnya kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat dalam membangun sport tourism. Ia berharap pelatihan ini menjadi awal dari jejaring kerja yang berkelanjutan, bukan sekadar kegiatan seremonial.

“Pelatihan ini harus berlanjut dalam bentuk kolaborasi nyata di lapangan,” ujarnya sebelum secara resmi membuka kegiatan.

Memasuki hari kedua, kegiatan dibuka oleh Usman, pembawa acara sekaligus panitia pelaksana dari BAPINDRA. Ia menekankan bahwa rangkaian materi hari terakhir merupakan rangkuman dari keseluruhan proses pelatihan yang akan menjadi bahan laporan kepada pemangku kepentingan, khususnya Kemenpora RI. Usman juga menegaskan kesiapan BAPINDRA dalam menyediakan SDM pemandu wisata olahraga apabila dibutuhkan oleh pemerintah maupun stakeholder lainnya.

Materi hari terakhir diisi dengan pembahasan Strategi Pemasaran Paket Wisata Olahraga dan Event oleh Ricky Sucipto, S.H., dilanjutkan dengan penguatan peran UMKM, sesi studi kasus, panel diskusi kolaborasi strategis, serta penyusunan rencana tindak lanjut dan komitmen bersama.

Dalam sesi UMKM, Irfan menyoroti bahwa peluang keterlibatan UMKM dalam event wisata olahraga sangat terbuka. Menurutnya, tantangan utama bukan pada modal, melainkan pada kematangan konsep dan pemahaman pasar.

“UMKM harus mampu melihat event olahraga sebagai peluang bisnis, bukan sekadar keramaian sesaat,” ujarnya.

Sementara itu, Tarsi Eka Putra dalam sesi studi kasus mengungkapkan bahwa pengembangan wisata olahraga di Indonesia masih menghadapi tantangan dalam pemerataan dampak ekonomi. Ia mencontohkan kawasan Mandalika yang meskipun telah menjadi tuan rumah MotoGP, dampak ekonominya masih belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat luas.

Menurut Tarsi, pengembangan sport tourism perlu diawali dengan perubahan mindset dan integrasi berbagai elemen, mulai dari olahraga, budaya, UMKM, hingga media digital, agar manfaatnya berkelanjutan.

Data yang dipaparkan menunjukkan bahwa event wisata olahraga memberikan multiplier effect signifikan. Pada 2025, perputaran ekonomi dari sektor ini tercatat mencapai sekitar Rp170,8 miliar, berasal dari akomodasi, konsumsi, transportasi, dan aktivitas wisata lokal yang melibatkan UMKM.

MotoGP Mandalika disebut sebagai salah satu contoh event unggulan yang mampu mendorong perputaran ekonomi hingga triliunan rupiah. Namun demikian, tantangan seperti tingginya harga akomodasi, tiket, serta tekanan terhadap fasilitas publik masih menjadi catatan penting untuk pengembangan ke depan.

Pelatihan ini ditutup dengan penyusunan rencana tindak lanjut, penandatanganan komitmen bersama, serta penyerahan sertifikat kepada peserta. Melalui kegiatan ini, BAPINDRA berharap dapat melahirkan pemandu wisata olahraga yang siap berkontribusi dalam pengembangan sport tourism nasional, dengan UMKM sebagai bagian tak terpisahkan dari ekosistemnya.

 

 

>>> CATATAN REDAKSI <<<

Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers.

Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: palapamediaonline@gmail.com.
Terima kasih.
____________________

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *