Santri Tampil sebagai Kekuatan Baru Perfilman Nasional di Malam Anugerah SANFFEST 2025

oleh -21 Dilihat
Neno Warisman, Ketua Komite Santri Film Festival 2025.
banner 468x60

Palapanews.Asia, Jakarta – Malam Anugerah Santri National Film Festival (SANFFEST) 2025 berlangsung semarak di Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu malam (21/12). Lebih dari sekadar seremoni penghargaan, ajang ini menegaskan posisi santri sebagai bagian penting dalam arah masa depan budaya dan industri film Indonesia.

Sejumlah tokoh hadir dalam malam puncak tersebut, di antaranya Neno Warisman ( Ketua Komite Santri Festival 2025), Dr. Fadli Zon, MSc. ( Menteri Kebudayaan Republik Indonesia), Fahri Hamzah (Wamen Perumahan dan Kawasan Permukiman), Ahmad Mahendra (Dirjen Pengembangan, Pemanfaatan dan Pembaharuan Kebudayaan), Dr. Syaifullah Agam ), Naswardi, MM ( Ketua Lembaga Sensor ), Dr. Habiburrahman El Shirazy, Lc. MA ( Wakil Ketua Bidang Seni, Budaya, dan Peradaban Islam, Majelis Ulama Indonesia), Perwakilan dari Bank Syariah Indonesia, Dr. Erick Yusuf. Ninik L. Karim, Basrizal Koto., Dude Herlino.

banner 336x280

Dalam sambutannya, Fadli Zon menekankan bahwa film merupakan instrumen soft power yang sangat krusial bagi sebuah bangs. Indonesia, menurutnya, memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, bahkan ia menyebutnya sebagai “mega diversity”, yang perlu terus diolah dan disuarakan melalui karya-karya sinema.

“Santri memiliki perspektif khas yang berakar pada nilai, etika, dan tradisi. Ketika perspektif itu diterjemahkan ke dalam film, ia dapat menjadi kekuatan budaya Indonesia, baik di tingkat nasional maupun internasional,” ujar Fadli Zon.

SANFFEST 2025 mengangkat tema “Dari Jendela Santri Memandang Dunia”, sebuah refleksi semangat santri untuk berdialog dengan realitas global tanpa meninggalkan identitasnya. Tahun ini, festival tersebut mencatat partisipasi 125 film karya santri dari 115 pesantren yang tersebar di 20 provinsi. Capaian ini dipandang sebagai sinyal positif lahirnya generasi baru sineas pesantren di Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Neno Warisman menyoroti pentingnya pendidikan film yang inklusif dan berkelanjutan bagi santri. Ia mengapresiasi komitmen SANFFEST yang tidak berhenti pada kompetisi, tetapi juga berfokus pada penguatan kapasitas melalui literasi film, pengembangan skenario, hingga dukungan distribusi karya.

“SANFFEST adalah ikhtiar kebaikan. Ketika santri diberi ilmu dan ruang untuk berkarya, mereka tidak hanya menciptakan film, tetapi juga ikut membangun peradaban,” kata Neno.

Malam Anugerah SANFFEST 2025 ditutup dengan pengumuman berbagai kategori penghargaan, termasuk Skenario Terbaik, yang menegaskan bahwa kekuatan utama sebuah film tetap bertumpu pada cerita dan gagasan.

Dengan dukungan Kementerian Kebudayaan dan Kementerian Agama Republik Indonesia serta rencana penguatan distribusi melalui platform digital dan kanal khusus SANFFEST, festival ini diharapkan terus berlanjut dan berkembang. SANFFEST bukan sekadar festival film, melainkan gerakan budaya yang menempatkan santri sebagai salah satu pilar penting masa depan perfilman Indonesia.

 

>>> CATATAN REDAKSI <<<

Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers.

Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: palapamediaonline@gmail.com.
Terima kasih.
____________________

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *